Jumat, 27 Agustus 2021

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

LMS 1.1..a.9. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Program Guru Penggerak – Angkatan 3

 

Oleh                      : NURHAYATI,S.Pd  (Calon Guru Penggerak)

Kelas / Kelompok : BIMA 3  / 2

Fasilitator              : HENIK UMI KOYUM

Pendamping          : GUNAWAN

                                             SINTESIS BERBAGAI MATERI MODUL

 





Indonesia memiliki sejarah panjang tentang cerita heroisme, kesatriaan, dan kepatriotan di sluruh pulau-pulaunya, termasuk sejarah panjang peran pendidikan dalam melawan penjajahan. Pendidikan sebagai gerbang emas menuju kemerdekaan dan kebebasan berbudaya.

Salah satu tokoh penting dalam dunia pendidikan sebagai peletak dasar pendidikan Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara.

Raden Mas Soeryadi Soeningrat atau dikenal dengan Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta 2 Mei 1889. Tulisan-tulisanya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.  Pendidikan Zaman Kolonial menjadi langkah  perjalanan pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun 1922. Menurut Ki Hajar Dewantara, “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih, bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Anak harus menjadi pusat dalam pembelajaran. Memandang anak dengan rasa hormat. 

Guru dan murid sejajar dalam dunia pendidikan. 

Anak adalah hal yang paling bernilai.

Guru harus menerima macam-macam anak yang berbeda sesuai kodrat dan fitrahnya 

Guru diibaratkan sebagai petani , guru harus memfasilitasi tumbuh kembang keanekaragaman tersebut melalui penciptaan ekosistem belajar yang menyenangkan dan selalu dibingkai dalam nilai-nilai luhur pancasila.

Profil Pelajar Pancasila

1. Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia

2. Kebhinekaan Global

3. Gotong royong

4. Kreatif

5. Bernalar kritis

6. Mandiri

Proses pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan 3 hal utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut beliau pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa dan karsa.

Mengedepankan kemerdekaan belajar. Pendidikan harus holistik dan seimbang agar terjdi kesempurnaan budi pekerti yang membawa anak pada kebijaksanaan sehingga melahirkan insan-insan yang bijaksana.

Hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara)

 



Sebelum membaca dan mempelajari modul 1.1 pada pelatihan calon guru penggerak ini saya percaya murid dan pembelajaran di kelas saya baik-baik saja. Mereka belajar dengan disiplin, mengerjakan tugas dengan baik, dan bisa menamatkan pendididikannya di SD dengan nilai yang baik serta mendapatkan sekolah yang lebih tinggi sesuai dengan keinginnannya

Dalam proses pembelajaran di kelas Alhamdulilah saya sudah menerapkan model-model pembelajaran yang berpusat pada anak seperti inkuiri, discovery learning, kooperatif dan lain sebagainya, namun Dalam hal ini saya hanya menuntut kemampuan kognitif saja dan ada target KKM yang harus saya capai tanpa saya memperhatikan potensi bakat minat serta kodrat yang dimiliki setiap siswa saya masih beranggapan bahwa siswa akan tertib jika kita melakukan sistem sanksi di kelas ataupun sekolah padahal siswa membutuhkan tuntunan kasih sayang dan rasa peduli dari seorang melakukan perubahan

Perubahan dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara)


 


Perubahan dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul 1.1 ini adalah sebagai berikut :

1.      Saya semakin memiliki komitmen untuk mengabdikan diri dan melayani peserta didik dengan sepenuh hati. Guru bukan sekedar mengajarkan keilmuan tertentu, tapi dia juga harus dapat menjadi instrument perekat nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas. Selain itu juga guru harus menjadi tauladan bagi siswa, menjadi orang tua yang selalu membimbing anaknya, menjadi problem solver dalam setiap sumbatan pengetahuan dan wacana bagi orang-orang di sekitanya. Nilai esensial yang harus tertanam pada seorang guru sebagai sokoguru pendidikan di Indonesia adalah berfikir, berdzikir, beramal sholeh, serta mengabdi kepada masyarakat.

Semboyan Ki Hajar Dewantara yang sangat bengitu melekat di benak saya adalah “Ing ngarsa sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”. Apabila hakikat dari semboyan ini benar-benar di implementasikan dengan baik dan benar oleh diri kita, maka akan memberikan dampak positif bagi diri kita sendiri dan generasi bangsa yang akan datang.

Ing ngarso Sung Tulodo, ketika di depan memberi teladan. Hakikat dari semboyan yang pertama ini mengajak kepada guru, bahwa guru harus mampu memberikan contoh yang baik dan benar bagi siswanya, baik sikap, perbuatan maupun pola pikirnya. Apalagi seorang guru dalam kurikulum 2013 juga dituntut untuk membentuk siswa yang salah satu kompetensi intinya dapat Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Oleh karena itu, apabila guru memberikan teladan yang baik dan benar, maka perilaku siswa akan menjadi baik juga, bahkan mereka bisa jadi lebih baik dari pada kita. Dengan kata lain, seorang guru merupakan public figure yang akan dijadikan panutan siswanya, maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.

Ing Madyo Mangun Karso, ketika di tengah memberikan semangat. Hakikat dari semboyan yang kedua ini mengajak kepada para guru, bahwa para guru haruslah berada di antara siswanya, dengan kata lain guru juga sebagai teman bagi siswanya. Dengan demikian, para guru dengan leluasa membimbing dan memberikan inspirasi kepada anak didiknya.  Sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan nyaman bagi mereka.

Tut Wuri Handayani, ketika di belakang memberikan daya kekuatan. Hakikat dari semboyan yang ketiga ini mengajak kepada para guru untuk selalu memberikan arahan yang baik dan benar dalam kemajuan belajar siswanya. Oleh karena itu para guru dapat memotivasi anak didiknya untuk lebih giat dalam belajar. Dengan demikian, mereka merasa selalu diperhatikan dan selalu mendapat pikiran-pikiran positif dari diri gurunya. Sehingga mereka selalu memandang ke depan dan tidak terpaku pada kondisinya saat ini.

Ketiga semboyan ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh, seorang guru memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai pada siswanya. Dalam hal ini guru tidak hanya begitu saja mendorong dan mengarahkan siswanya untuk mengikuti nilai-nilai tersebut, tetapi guru juga harus memberikan contoh bagaimana nilai-nilai tersebut tertanam di dalam dirinya. Selain memberi contoh, guru juga harus mengarahkan nilai-nilai tersebut di tengah-tengah siswa dan memberi motivasi mereka untuk bertindak agar sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Ada satu semboyan lagi yang sangat melekat pada diri kita, yaitu Asih, Asah dan Asuh. Asih adalah mengasihi anak secara psikis agar terbentuk karakter atau jiwa yang saling menyayangi terhadap sesama. Asah adalah menajamkan intelektual atau pola pikir anak agar menjadi manusia yang cerdas dan pintar secara intelektual. Asuh adalah pemeliharaan anak secara fisik agar sehat dan kuat jasmaninya

2.      Selain hal tersebut, hal yang merubah pemikiran saya adalah salah satu filosofi Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung  itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.


3.      Setelah membaca modul dan melakukan literasi semua bahan bacaan yang lain terkait pemikirian filosofis Ki Hajar Dewantara, saya menjadi lebih tersadar akan dasar Pendidikan anak yang berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Ki Hajar Dewantara mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. Pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi, sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

Sebagai seorang guru hal yang segera diterapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah :

  


Seorang guru adalah teladan ,inspirator dan motivator anak didiknya dalam membimbing dan mengembangkan kodrat yang ada pada diri anak didiknya,kolaborasi yang apik antara anak didik dengan pendidik akan menghasilkan prestasi-prestasi bagi anak didik.sehingga guru harus dapat memberikan tuntunan sesuai hal-hal positif dari pemikiran Ki Hajar Dewantara antara lain :

1.       Pembelajaran Yang Berpusat Pada Siswa

2.       Pembelajaran Yang Sifatnya Menuntun Sesuai Dengan Kodrat Dan Iradatnya Agar Mereka Mendapatkan Kebahagian Dan Keselamat Dalam Belajar

3.       Pendidikan Yang Berorentasi Pada Kebutuhan Anak Sehingga Anak Dapat Berkembang Sesuai Dengan Minat Dan Bakat Anak

4.       Pembelajaran Yang Menghamba Pada Siswa

Hal-Hal Positif Yg  Insya Allah Sudah saya terapkan di antaranya : 

1.       Membaca doa sebelum belajar dan beraktifitas sebagai perwujudan profil pelajar pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia

2.       Menyempatkan Sholat Duha bersama di pagi hari dan Melaksanakan shalat berjamaah sebelum pulang sekolah

3.       Datang kesekolah tepat waktu sebagai wujud nilai disiplin

4.       Memberikan salam & berjabat tangan sbg bentuk hormat anak didik kepada guru.

5.       Diskusi kelompok, bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dalam proses belajar

Selain dari pada itu sebagai pendidik Insya Allah saya sedang berusaha menjadi yang terbaik untuk peserta didik saya dan teman – teman sejawat di antaranya :

1.      Menjadi teladan bagi siswa

2.      Membuat program pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ( membuat kesepakatan )

3.      Menjalin kolaborasi dengan kepala sekolah, guru sejawat, dan orang tua siswa

4.    Bangkit dari kebiasaan lama. Membuat hal baru dalam kelas yang dapat membangkitkan  semangat siswa untuk ingin tahu lebih mendalam berbagai hal terkait materi yang kita sampaikan. Lupakan fokus mengejar nilai yang membuat siswa terhambat untuk bereksplorasi. Belajar menjadi guru penggerak yang berani menggagas ide dan menciptakan kenyamana belajar pada peserta dididk 

5.  Menjadikan suasana belajar seperti taman bermain.  Suasana  belajar yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing peserta didik. Menerapkan metode among yaitu metode yang berdasarkan pada asah, asih, dan asuh (carededicationlove). Mendesain ruangan kelas agar lebih nyaman, penuh dengan literasi untuk mendukung suasana belajar.

6.      Lebih menanamkan nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, nilai religiusitas dan spritualitas dalam setiap pembelajaran.

Jadi seorang guru haruslah “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani  didepan menjadi Panutan ditengah membangun kekuatan dan memberikan karya dan dibelakang menjadi motivator atau Pendorong

Selaras dengan Filosofi Bima “Nggahi Rawi Pahu”

Yang artinya,  Nggahi (berkata) dan Rawi (berbuat), Pahu (rupa). maksudnya adalah berkata dan berbuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Segala gerak-gerik tindak tanduk seorang guru akan menjadi patokan utama seorang murid jadi berkata dan berbuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya oleh seorang guru akan dikuti pula oleh muridnya.

Satu Filosofi Bima yang mewakili keadadn seorang Guru dan Muridnya adalah

“Lembo ade paja saramu, su’u sawau sia sawalepu parenta sara diruu ba dou labo dana”

Artinya Sabar dan tawakal dalam melaksanakan tugas suci nan mulia untuk Negara,Rakyat dan Tanah Air.

Guru harus sabar dalam mendidik muridnya karna itu adalah tugas suci dan  mulia begitu pula seorang murid harus sabar untuk mendengarkan,menerima,menelaah dan mengikuti yang menjadi ajaran dari gurunya

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASYIKNYA BERLITERASI DAN NUMERASI DENGAN GELIDA ( GERAKAN LITERASI DIGITAL ANGGREK 12 KOBI )

  ASYIKNYA BERLITERASI DAN NUMERASI DENGAN GELIDA  ( GERAKAN LITERASI DIGITAL ANGGREK 12 KOBI )  Pembelajaran merupakan kegiatan utama dari ...