Kamis, 18 November 2021

Aksi Nyata Berbagi Budaya Positif

 

Aksi Nyata Berbagi Budaya Positif
Membumikan Budaya 5 S ( Senyum ,sapa salam, sopan dan sholawat) di mana Budaya ini akan peka terhadap Kebersihan Sekolah Disiplin Religius Mewujudkan Sekolah yang Ramah Asri dan Damai




Latar belakang budaya positif adalah suatu kebiasaan baik yang tergambar dalam watak dan karakter setiap individu yang sudah diperoleh seseorang sejak lahir dalam filosofi Ki Hajar Dewantara budaya positif digambarkan sebagai Watak atau karakter yang mencerminkan diri murid yang secara kodrat telah dimilikinya sejak Ia lahir budaya positif ini selanjutnya diangkat sebagai suatu kebiasaan baik yang berlaku dalam komunitas sekolah yang selanjutnya disepakati sebagai budaya positif sekolah.

 Ki Hajar Dewantara mengungkapkan betapa pentingnya sekolah dimana sekolah sebagai  tempat tumbuh dan berseminya benih-benih baik, pribadi sekolah merupakan media tumbuh kembangnya benih baik pribadi unik murid untuk menuju kehidupan yang bahagia tanpa sekolah tidak akan terjadi pertumbuhan budi pekerti olah rasa Karsa dan kemampuan mencipta karya menuju hidup yang bahagia pertanyaan yang harus dilakukan dan diharapkan dari media semai yang kita sebut sekolah ini semua proses akan terjadi baik apabila media  atau sekolah kita diberi iklim, situasi budaya dan kebiasaan baik agar memungkinkan tumbuh kembang pribadi untuk menuju Kebahagiaan sejati.

 pertama sekolah harus menjamin rasa aman bagi anggota komunitas secara utuh selain aman sekolah juga menjamin situasi menyenangkan terbebas dari belenggu ketakutan, ada keramahan, ada kekeluargaan, kedua rasa nyaman Aman, damai, senang akan memungkinkan tumbuhnya sikap hidup yang lainnya disiplin , mandiri, inovatif, kolaboratif dan sikap hidup Pancasila bagi murid dan anggota komunitas lainnya. ketiga sikap tersebut akan hidup dan diharapkan akan melahirkan suatu proses transformasi ilmu pengetahuan untuk bekal hidup masa depan terutama untuk murid kita.


Betapa pentingnya rasa aman menyenangkan terbebas dari belenggu ketakutan keramahan kekeluargaan sebagai potensi yang harus dimiliki sekolah karena sifatnya yang harus yang harus dan sangat penting ini harus terus diupayakan untuk melahirkan kondisi yang fleksibel dari zaman ke zaman dan generasi ke generasi salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penumbuhan budaya positif di sekolah Salah satu bentuk asli nyata yang akan dilaksanakan di SDN 12 Sarae Kota Bima secara bersama adalah membumikan budaya 5 S yaitu  ( Senyum ,sapa salam, sopan dan sholawat di mana budaya ini akan peka terhadap kebersihan sekolah disiplin religius mewujudkan sekolah yang ramah asri dan damai

Yang melatar belakangi saya mengangakat budaya 5S sebagai Rancangan Aksi Nyata yaitu

  • Perubahan Karakteristik Peserta Didik Kita yang kian sangat menurun
  • Peserta didik tidak lagi membiasakan dalam membawa salam, mudah untuk marah dan berkelahi sesama temannya
  • Peserta didik tidak lagi menghargai Guru , sesama teman
  • kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap perkembangan karakter anak.
Dan Tujuan saya mengangkat Aksi nyata budaya positif ini adalah sbb : 

1.  Semua warga sekolah terbiasa untuk selalu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta membumikan sholawat yang di mana sholawat itu adalah sangat penting bagi kita yang insya Allah akan mempermudah Semua urusan kita baik dalam kita mengajar maupun mendidik anak-anak kita

2. Semua warga sekolah terbiasa melaksanakan 5 S ( senyum salam-sapa sopan dan shalawat ) ketika bertemu dengan teman, guru atau siapa saja baik di sekolah di rumah dan masyarakat

3. Semua warga sekolah terbiasa melaksanakan solidaritas terhadap sesama yang membutuhkan

4.Semua warga sekolah terbiasa untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah

5.Semua warga sekolah terbiasa untuk selalu disiplin waktu literasi dan berpenampilan selama berada di sekolah dan masyarakat

Penerapan budaya Positif 


Hal - Hal yang penting untuk di pelajari dalam proses menciptakan budaya positif  5 S

1. Memberikan Keteladanan

2. memberikan Tuntunan

3. Menjadikan Pembiasaan

4. Terbentuknya Keyakinan




Seperti penerapan budaya Positif 5S (Senyun , Sapa, Salam, Sopan dan Sholawat). Murid cenderung menjadikan orang dewasa sebagai model; jika murid melihat orang dewasa menggunakan kekerasan fisik atau psikologis, mereka akan belajar bahwa kekerasan dapat diterima sehingga ada kemungkinan mereka akan menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Begitu juga jika kita menerapkan budaya 5S yang dimana Kita harus memulainya dari diri kita sendiri sebagai guru karena memang kita akan menjadi Model yang akan di tiru tingakah laku kita  oleh murid – murid kita di sekolah Seperti  yang saya contohkan Ketika saya tiba di depan pintu gerbang saya mencontohkan dengan membawa senyum dan membawa salam, kemudian bersalaman dengna teman dan  setelah itu saya menyapa teman atau rekan sejawat  seperti selamat Pagi , Bagaimana kabarnya dan yang tak kalah pentingnya lagi adalah dimana setiap kali sebelum memulai pelajaran saya mewajibkan anak – anak didik saya untuk bersholawat kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, karena tidak bisa di pungkiri selain yang pertama kita berdoa dan memohon kepda Allah yang kedua yaitu kita bersholawat kepada Baginda Rasullulah Muhammad  Saw yang mana apa bila kita melakukan kedua hal tersebut  insya Allah  semua urusan kita akan di permudahkan seperti urusan kita dalam mengajarkan  dan mendidik anak murid kita begitu juga sebaliknya untuk anak – anak akan mempermudah mereka dalam menerima pelajaran yang akan mereka pelajari   dan itulah yang saya contohkan kepada anak – anak saya sehingga mereka setelah melihat prilaku dari gurunya akhirnya perlahan – demi perlahan merekapun bisa mengikuti sedikit – demi sedikit.

Paradigma mengaplikasikan budaya positif dengan melalui Pembelajaran yang menyenangkan, saling menghargai, toleransi, bahagia dan nyaman, diskusi kelas, refleksi diri, memotivasi instrinsik, menggali kekuatan, keterbukaan, apersepsi yg menyenangkan, semangat, berfikir positif, berkolaborasi, mendengarkan pendapat siswa, disiplin, tidak monoton, suasana kelas hidup, menggali potensi yang maksimal.

Menerapkan pendekatan disiplin positif dapat membantu sekolah memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi. Murid cenderung menjadikan orang dewasa sebagai model; jika murid melihat orang dewasa menggunakan kekerasan fisik atau psikologis, mereka akan belajar bahwa kekerasan dapat diterima sehingga ada kemungkinan mereka akan menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Sekolah memiliki peran penting dalam membimbing, memperbaiki, dan mensosialisasikan kepada murid mengenai perilaku yang sesuai. Agar perubahan berhasil, diperlukan pendekatan terkoordinasi yang melibatkan semua peran di komunitas sekolah. Sekolah perlu bekerja dengan orangtua untuk memastikan konsistensi antara rumah dan sekolah, serta membekali mereka dengan informasi dan alat untuk mempraktekkan disiplin positif di rumah dan lingk masyarakat


Pada materi Budaya Positif tentu kita dapat memahami dengan baik Pemenuhan yang dibutuhkan dari materi tentang perubahan paradigma, konsep disiplin positif dan motivasi, keyakinan kelas, dan pemenuhan kebutuhan dasar, lima posisi control

Lima Macam Posisi control sbb :

  • SEBAGAI PENGHUKUM
  • SEBAGAI PEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH
  • SEBAGAI TEMAN
  • SEBAGAI MONITOR / PEMANTAU
  • SEBAGAI MANAGER

Oleh karena itu, siswa dengan disiplin diri yang kuat akan mampu bertindak dengan penuh rasa tanggung jawab, memperhatikan nilai-nilai kebaikan, serta bisa mengontrol dirinya sendiri dalam setiap tindakannya.

Selain dari pada itu restitusi dengan jelas menguraikan bahwa tujuan restitusi adalah sebagai disiplin positif. Penekanannya bukan pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Melalui restitusi ketika murid berbuat salah, guru akan menanggpai dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat

Dengan restitusi, siswa memperoleh kesempatan untuk mengingat kembali keyakinan kelas yang telah disepakati, mengevaluasi keyakinan kelas manakah yang ia langgar, memperoleh kesempatan untuk memilih konsekuensi / langkah untuk memperbaiki kesalahan yang ia lakukan, serta memperoleh penguatan karakter sedemikian hingga ia bisa kembali kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat untuk setiap permasalahan atau kebutuhan anak maka dari itu menumbuhkan budaya positif sangatlah penting.

Budaya positif di sekolah membantu mencapai visi sekolah guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid serta menjadi teladan dan agen transformasi untuk mewujudkan murid profil pelajar Pancasila

Di SDN 12 Sarae Kota  Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi agen perubahan alam mendukung terwujudnya merdeka belajar yang muaranya tentu saja untuk menciptakan murid yang berprofil pelajar Pancasila yaitu:

1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,

 2) mandiri,

3) bergotong-royong,

 4) berkebinekaan global,

5) bernalar kritis, dan 6) kreatif



HASIL AKSI NYATA

Hasil aksi nyata aksi nyata yang berhasil diamati relatif singkat kurang lebih 4 minggu menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan namun ada beberapa catatan yang berhasil diamati adalah tanggapan dari warga sekolah khususnya guru sangat antusias dan ingin melaksanakan perubahan dengan memperkuat budaya positif yang sudah disepakati dan siap melaksanakan.

Adanya komunikasi antara beberapa guru berupa saling mengingatkan jika ada guru yang lupa melaksanakan kesepakatan tersebut beberapa wali kelas dan guru mata pelajaran sebelum memulai kegiatan selalu mengingatkan kepada siswa tentang budaya positif yang sudah disepakati antusias juga terlihat pada beberapa siswa dengan melihat perubahan pendekatan beberapa guru kepada mereka inilah beberapa hal yang berhasil diamati dalam kurun waktu dua minggu.

Pembelajaran yang didapat keberhasilan yang berhasil diamati selama lebih kurang 4 minggu  antusias guru untuk terlibat aktif dalam komunitas praktisi guru penggerak sangat nampak Hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok beberapa wali kelas dan guru mata pelajaran mulai melaksanakan kesepakatan tersebut adanya perubahan pendekatan guru kepada siswa siswa mulai lebih disiplin atas kesadaran sendiri. Dimana terdapat usaha dan campur tanagn dari segala pihak antara lain

Guru

Memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik
Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif

Kepala sekolah

Memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif






Orang Tua

Menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif  yangkonsisten Berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif.

Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita dalam mewujudkan budaya positif ini guru memegang peranan sentral guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan peranan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah selain itu pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab

Jadi disiplin positif adalah yang timbul dari dalam diri hal ini terjadi karena penduduk memahami kebutuhan dasar dari anak-anak sebagai pendidik harus dapat mengambil posisi kontrol yang tepat untuk setiap permasalahan atau kebutuhan anak maka dari itu menumbuhkan budaya positif sangat penting.

Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan itu dibutuhkan niat , tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing sehingga kita bisa menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti salah satunya pembelajaran berdiferensiasi. Melangkah sedikit demi sedikit dan konsisten dilakukan lebih baik daripada berlari namun terus berhenti. Itulah sejatinya SEORANG GURU PENGGERAK.

 




Senin, 08 November 2021

Koneksi Antar Materi Pembelajaran Berdiferensiasi

 

2.1.a.9 Koneksi Antar Materi Pembelajaran Berdiferensiasi


NURHAYATI,S.Pd
SDN 12 SARAE KOTA BIMA 
CGP ANGKATAN KE 3 KOTA BIMA
 



kesimpulan tentang pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.

Sebagai pendidik, kita memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai dengan mereka. Pembelajaran berdifrensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid, dapat dikatakan bahwa berdifrensiasi berarti berbeda. Kita ketahui bahwa kemampuan anak itu berbeda oleh karena itu dalam melaksanakanpun dengan cara-cara yang berbeda pula agar kebutuhan murid terpenuhi dalam belajar secara berkelanjutan.

Dasar pemetaan kebutuhan belajar murid dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi meliputi tiga hal, yaitu:

  1. Kesiapan Belajar Murid

Sebelum mempelajari materi atau topik, guru perlu memetakan kebutuhan murid. Dalam hal ini, guru harus mendiagnosa kesiapan belajar murid. Misalnya, pada diferensiasi konten, ada murid yang sudah siap mempelajari materi yang di dalamnya terdapat masalah berupa tantangan atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Ada juga murid yang mungkin masih perlu mempelajari hal-hal yang mendasar dalam memahami materi. Tentunya, perbedaan kognitif dari murid membantu guru untuk mempersiapkan bahan ajar, cara atau strategi yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut dalam pembelajaran. Jumlah bantuan atau dukungan yang diberikan guru kepada murid menyesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar murid itu sendiri.

  1. Minat Belajar Murid

Hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru perlu memetakan murid berdasarkan minat belajarnya. Sebagai contoh, ada murid yang senang belajar seni, olah raga, sains atau bidang-bidang tertentu. Dalam hal ini, guru harus siap untuk memfasilitasi kebutuhan murid tersebut. Guru dapat memberikan pilihan kepada muridnya untuk belajar sesuai dengan minatnya, misalnya dalam menghasilkan produk. Dalam diferensiasi produk, murid menghasilkan produk sebagai bentuk pencapaian tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat belajar murid masing-masing. Murid diberikan kebebasan dalam belajar. Murid bebas menghasilkan produk baik berupa teks atau tulisan seperti artikel, narasi, karangan atau bentuk produk lain yang sesuai minat belajarnya seperti audio, video, poster, mind mapping dan lainnya baik secara individu maupun secara berkelompok selama produk tersebut merujuk pada indikator atau standarisasi minimum penilaian.

  1. Profil Belajar Murid

Pemetaan kebutuhan murid berdasarkan profil belajar murid lebih kepada bagaimana murid belajar sesuai dengan gaya belajarnya yang beragam atau bervariasi. Misalnya pada diferensiasi proses, untuk murid yang memiliki gaya belajar visual maka pada proses pembelajaran guru dapat memberikan materi dengan menggunakan media berupa gambar-gambar, tampilan slide power point, grafik dan sebagainya yang membantu murid dalam belajar dan mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Demikian pula, untuk murid yang memiliki gaya belajar auditori maka guru dapat memberikan materi menggunakan atau diiringi dengan musik.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat  di terapkan dengan kita memenuhi kebutuhan belajar murid dengan beberapa cara seperti berikut

1.   Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. 

2.     Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. 

3.     Penilaian berkelanjutan. (proses penilaian formatif yang telah dilakukan), 

4.  Refleski guru (bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.

5. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. Pengelolaan kelas yang efektif.

Diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat atau setiap waktu. Namun, guru memang diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dimana dalam proses pembelajaran berdiferensiasi ini dapat di lakukan dengan langkah – langkah sepert berikut :

Langkah-langkah dalam pembelajaran  Berdiferensiasi

1.     Menetapkan Tujuan Pembelajaran (Pahami Kompetensi Dasar atau Standar yang akan dicapai, Tentukan Tujuan Pembelajaran).

2.     Melakukan pemetaan kebutuhan siswa (Pre tes minat, profil belajar dan kesiapan belajar)

3.     Menentukan Strategi dan alat penilaian yang digunakan

4.     Menentukan Kegiatan Pembelajaran (Konten, Proses, Produk)

 Pada proses pembelajaran diferensiasi lebih menekankan pada kebutuhan individu, karena kita ketahui bersama bahwa setiap anak itu unik, mereka punya ciri khas masing-masing dan terlahir dengan kodrat alam dan zamannya, dalam hal ini guru hanya bisa menuntun lakunya bukan kodratnya. Oleh karena itu sebagai guru kita harus selalu berusaha untuk memenuhi dan memperhatikan kebutuhan belajar setiap murid yang berbeda tersebut. Guru dalam hal ini bukan berarti mengajar dengan berbagai cara yang berbeda dalam waktu yang sama. Namun ketika guru mengajar terlebih dahulu harus melakukan pemetakan terhadap kebutuhan belajar murid terkait dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Selain itu guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang' murid untuk belajar, mendefinisikan tujuan pembelajaran  yang jelas, melaksanakan penilaian berkelanjutan dengan memanfaatkan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, merespon kebutuhan belajar murid (kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar siswa) sehingga dapat mewujudkan manajemen kelas yang efektif.

Untuk melakukan semua itu dapat dilakukan melalui strategi diferensiasi diantaranya

Diferensiasi Konten merujuk pada strategi dalam membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten yang disampaikan oleh guru

Diferensiasi Proses merujuk pada strategi untuk membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi.

Diferensiasi Produk merujuk pada strategi untuk memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajar

Kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.

Menurut Ki Hajar Dewantara guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benih-benihnya, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda-beda jenisnya. Jika dikaitakan dengan Modul 1 sebelumnya sesuai dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa seorang pendidik itu dituntut untuk menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, karena  setiap anak merupakan suatu pribadi yang unik, yang mempunyai karakter khas yang membedakannya dengan anak lainnya. Sesungguhnya dari sejak dilahirkan setiap anak mempunyai perilaku, watak, karakter, bakat, minat, tingkat emosional, kecerdasan yang berbeda. Maka setiap anak atau murid harus memperoleh penghargaan maupun perlakuan yang berbeda sebagai seorang individu. Untuk dapat mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki murid dan untuk mencapai hasil belajar yang optimal disinilah peran guru dalam memodifikasi pembelajaran dengan sedemikian rupa untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbeda beda tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, apakah dari segi konten, proses maupun produknya yang diawali dengan memetakan kebutuhan murid itu sendiri dalam belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

      Pada intinya untuk memcapai pemenuhan kebutuhan dan prestasi belajar yang optimal, hal utama yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan memetakan kebutuhan belajar siswanya karena dengan semua itu guru dapat merancang, menerapkan/ melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajar siswa yang berbeda- beda tersebut, maka prestasi belajar optimal dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan

Sebagai Guru penggerak Insya Allah saya akan  selalu mendukung dengan  menerapkan nilai - nilai yang ada pada diri kita yaitu Mandiri,Reflektif, Kolaboratif dan inovatif berusaha selalu menjalankan peran saya  dalam mendukung “ Merdeka Belajar “ dimana sebagai guru kita  harus terbiasa jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan murid dalam belajar , ada yang lambat, sedang, dan cepat. ada yang suka olah raga, agama, seni, sains, matematika  dan sebagainya. Ada juga yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan,pendengaran, atau kinestetik. Semua keberagaman itu harus diakomodir dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran berdifrensiasi inilah proses pembelajaran yang tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap individu murid.

Dengan  dasar pemetaan kebutuhan anak  Insya Allah Guru  akan mampu merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, yaitu mampu mengakomodir segala perbedaan dari murid, apa yang dibutuhkan oleh murid dalam belajar dan apa yang dapat dilakukan oleh murid terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana guru dapat merespon seluruh kebutuhan belajar murid yang berbeda tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti bahwa guru harus melakukan kegiatan yang berbeda dalam membuat perencanaan pembelajaran atau menyusun beberapa perencanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Namun, dalam melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi tentunya harus dilakukan secara efektif dan efisien, mempertimbangkan moda, usaha dan waktu yang digunakan.

Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan itu dibutuhkan tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing. Melangkah sedikit demi sedikit dan konsisten dilakukan lebih baik daripada berlari namun terus berhenti. Itulah sejatinya  SEORANG GURU PENGGERAK.

 


ASYIKNYA BERLITERASI DAN NUMERASI DENGAN GELIDA ( GERAKAN LITERASI DIGITAL ANGGREK 12 KOBI )

  ASYIKNYA BERLITERASI DAN NUMERASI DENGAN GELIDA  ( GERAKAN LITERASI DIGITAL ANGGREK 12 KOBI )  Pembelajaran merupakan kegiatan utama dari ...