Kamis, 18 November 2021

Aksi Nyata Berbagi Budaya Positif

 

Aksi Nyata Berbagi Budaya Positif
Membumikan Budaya 5 S ( Senyum ,sapa salam, sopan dan sholawat) di mana Budaya ini akan peka terhadap Kebersihan Sekolah Disiplin Religius Mewujudkan Sekolah yang Ramah Asri dan Damai




Latar belakang budaya positif adalah suatu kebiasaan baik yang tergambar dalam watak dan karakter setiap individu yang sudah diperoleh seseorang sejak lahir dalam filosofi Ki Hajar Dewantara budaya positif digambarkan sebagai Watak atau karakter yang mencerminkan diri murid yang secara kodrat telah dimilikinya sejak Ia lahir budaya positif ini selanjutnya diangkat sebagai suatu kebiasaan baik yang berlaku dalam komunitas sekolah yang selanjutnya disepakati sebagai budaya positif sekolah.

 Ki Hajar Dewantara mengungkapkan betapa pentingnya sekolah dimana sekolah sebagai  tempat tumbuh dan berseminya benih-benih baik, pribadi sekolah merupakan media tumbuh kembangnya benih baik pribadi unik murid untuk menuju kehidupan yang bahagia tanpa sekolah tidak akan terjadi pertumbuhan budi pekerti olah rasa Karsa dan kemampuan mencipta karya menuju hidup yang bahagia pertanyaan yang harus dilakukan dan diharapkan dari media semai yang kita sebut sekolah ini semua proses akan terjadi baik apabila media  atau sekolah kita diberi iklim, situasi budaya dan kebiasaan baik agar memungkinkan tumbuh kembang pribadi untuk menuju Kebahagiaan sejati.

 pertama sekolah harus menjamin rasa aman bagi anggota komunitas secara utuh selain aman sekolah juga menjamin situasi menyenangkan terbebas dari belenggu ketakutan, ada keramahan, ada kekeluargaan, kedua rasa nyaman Aman, damai, senang akan memungkinkan tumbuhnya sikap hidup yang lainnya disiplin , mandiri, inovatif, kolaboratif dan sikap hidup Pancasila bagi murid dan anggota komunitas lainnya. ketiga sikap tersebut akan hidup dan diharapkan akan melahirkan suatu proses transformasi ilmu pengetahuan untuk bekal hidup masa depan terutama untuk murid kita.


Betapa pentingnya rasa aman menyenangkan terbebas dari belenggu ketakutan keramahan kekeluargaan sebagai potensi yang harus dimiliki sekolah karena sifatnya yang harus yang harus dan sangat penting ini harus terus diupayakan untuk melahirkan kondisi yang fleksibel dari zaman ke zaman dan generasi ke generasi salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penumbuhan budaya positif di sekolah Salah satu bentuk asli nyata yang akan dilaksanakan di SDN 12 Sarae Kota Bima secara bersama adalah membumikan budaya 5 S yaitu  ( Senyum ,sapa salam, sopan dan sholawat di mana budaya ini akan peka terhadap kebersihan sekolah disiplin religius mewujudkan sekolah yang ramah asri dan damai

Yang melatar belakangi saya mengangakat budaya 5S sebagai Rancangan Aksi Nyata yaitu

  • Perubahan Karakteristik Peserta Didik Kita yang kian sangat menurun
  • Peserta didik tidak lagi membiasakan dalam membawa salam, mudah untuk marah dan berkelahi sesama temannya
  • Peserta didik tidak lagi menghargai Guru , sesama teman
  • kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap perkembangan karakter anak.
Dan Tujuan saya mengangkat Aksi nyata budaya positif ini adalah sbb : 

1.  Semua warga sekolah terbiasa untuk selalu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta membumikan sholawat yang di mana sholawat itu adalah sangat penting bagi kita yang insya Allah akan mempermudah Semua urusan kita baik dalam kita mengajar maupun mendidik anak-anak kita

2. Semua warga sekolah terbiasa melaksanakan 5 S ( senyum salam-sapa sopan dan shalawat ) ketika bertemu dengan teman, guru atau siapa saja baik di sekolah di rumah dan masyarakat

3. Semua warga sekolah terbiasa melaksanakan solidaritas terhadap sesama yang membutuhkan

4.Semua warga sekolah terbiasa untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah

5.Semua warga sekolah terbiasa untuk selalu disiplin waktu literasi dan berpenampilan selama berada di sekolah dan masyarakat

Penerapan budaya Positif 


Hal - Hal yang penting untuk di pelajari dalam proses menciptakan budaya positif  5 S

1. Memberikan Keteladanan

2. memberikan Tuntunan

3. Menjadikan Pembiasaan

4. Terbentuknya Keyakinan




Seperti penerapan budaya Positif 5S (Senyun , Sapa, Salam, Sopan dan Sholawat). Murid cenderung menjadikan orang dewasa sebagai model; jika murid melihat orang dewasa menggunakan kekerasan fisik atau psikologis, mereka akan belajar bahwa kekerasan dapat diterima sehingga ada kemungkinan mereka akan menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Begitu juga jika kita menerapkan budaya 5S yang dimana Kita harus memulainya dari diri kita sendiri sebagai guru karena memang kita akan menjadi Model yang akan di tiru tingakah laku kita  oleh murid – murid kita di sekolah Seperti  yang saya contohkan Ketika saya tiba di depan pintu gerbang saya mencontohkan dengan membawa senyum dan membawa salam, kemudian bersalaman dengna teman dan  setelah itu saya menyapa teman atau rekan sejawat  seperti selamat Pagi , Bagaimana kabarnya dan yang tak kalah pentingnya lagi adalah dimana setiap kali sebelum memulai pelajaran saya mewajibkan anak – anak didik saya untuk bersholawat kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, karena tidak bisa di pungkiri selain yang pertama kita berdoa dan memohon kepda Allah yang kedua yaitu kita bersholawat kepada Baginda Rasullulah Muhammad  Saw yang mana apa bila kita melakukan kedua hal tersebut  insya Allah  semua urusan kita akan di permudahkan seperti urusan kita dalam mengajarkan  dan mendidik anak murid kita begitu juga sebaliknya untuk anak – anak akan mempermudah mereka dalam menerima pelajaran yang akan mereka pelajari   dan itulah yang saya contohkan kepada anak – anak saya sehingga mereka setelah melihat prilaku dari gurunya akhirnya perlahan – demi perlahan merekapun bisa mengikuti sedikit – demi sedikit.

Paradigma mengaplikasikan budaya positif dengan melalui Pembelajaran yang menyenangkan, saling menghargai, toleransi, bahagia dan nyaman, diskusi kelas, refleksi diri, memotivasi instrinsik, menggali kekuatan, keterbukaan, apersepsi yg menyenangkan, semangat, berfikir positif, berkolaborasi, mendengarkan pendapat siswa, disiplin, tidak monoton, suasana kelas hidup, menggali potensi yang maksimal.

Menerapkan pendekatan disiplin positif dapat membantu sekolah memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi. Murid cenderung menjadikan orang dewasa sebagai model; jika murid melihat orang dewasa menggunakan kekerasan fisik atau psikologis, mereka akan belajar bahwa kekerasan dapat diterima sehingga ada kemungkinan mereka akan menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Sekolah memiliki peran penting dalam membimbing, memperbaiki, dan mensosialisasikan kepada murid mengenai perilaku yang sesuai. Agar perubahan berhasil, diperlukan pendekatan terkoordinasi yang melibatkan semua peran di komunitas sekolah. Sekolah perlu bekerja dengan orangtua untuk memastikan konsistensi antara rumah dan sekolah, serta membekali mereka dengan informasi dan alat untuk mempraktekkan disiplin positif di rumah dan lingk masyarakat


Pada materi Budaya Positif tentu kita dapat memahami dengan baik Pemenuhan yang dibutuhkan dari materi tentang perubahan paradigma, konsep disiplin positif dan motivasi, keyakinan kelas, dan pemenuhan kebutuhan dasar, lima posisi control

Lima Macam Posisi control sbb :

  • SEBAGAI PENGHUKUM
  • SEBAGAI PEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH
  • SEBAGAI TEMAN
  • SEBAGAI MONITOR / PEMANTAU
  • SEBAGAI MANAGER

Oleh karena itu, siswa dengan disiplin diri yang kuat akan mampu bertindak dengan penuh rasa tanggung jawab, memperhatikan nilai-nilai kebaikan, serta bisa mengontrol dirinya sendiri dalam setiap tindakannya.

Selain dari pada itu restitusi dengan jelas menguraikan bahwa tujuan restitusi adalah sebagai disiplin positif. Penekanannya bukan pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Melalui restitusi ketika murid berbuat salah, guru akan menanggpai dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat

Dengan restitusi, siswa memperoleh kesempatan untuk mengingat kembali keyakinan kelas yang telah disepakati, mengevaluasi keyakinan kelas manakah yang ia langgar, memperoleh kesempatan untuk memilih konsekuensi / langkah untuk memperbaiki kesalahan yang ia lakukan, serta memperoleh penguatan karakter sedemikian hingga ia bisa kembali kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat untuk setiap permasalahan atau kebutuhan anak maka dari itu menumbuhkan budaya positif sangatlah penting.

Budaya positif di sekolah membantu mencapai visi sekolah guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid serta menjadi teladan dan agen transformasi untuk mewujudkan murid profil pelajar Pancasila

Di SDN 12 Sarae Kota  Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi agen perubahan alam mendukung terwujudnya merdeka belajar yang muaranya tentu saja untuk menciptakan murid yang berprofil pelajar Pancasila yaitu:

1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,

 2) mandiri,

3) bergotong-royong,

 4) berkebinekaan global,

5) bernalar kritis, dan 6) kreatif



HASIL AKSI NYATA

Hasil aksi nyata aksi nyata yang berhasil diamati relatif singkat kurang lebih 4 minggu menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan namun ada beberapa catatan yang berhasil diamati adalah tanggapan dari warga sekolah khususnya guru sangat antusias dan ingin melaksanakan perubahan dengan memperkuat budaya positif yang sudah disepakati dan siap melaksanakan.

Adanya komunikasi antara beberapa guru berupa saling mengingatkan jika ada guru yang lupa melaksanakan kesepakatan tersebut beberapa wali kelas dan guru mata pelajaran sebelum memulai kegiatan selalu mengingatkan kepada siswa tentang budaya positif yang sudah disepakati antusias juga terlihat pada beberapa siswa dengan melihat perubahan pendekatan beberapa guru kepada mereka inilah beberapa hal yang berhasil diamati dalam kurun waktu dua minggu.

Pembelajaran yang didapat keberhasilan yang berhasil diamati selama lebih kurang 4 minggu  antusias guru untuk terlibat aktif dalam komunitas praktisi guru penggerak sangat nampak Hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok beberapa wali kelas dan guru mata pelajaran mulai melaksanakan kesepakatan tersebut adanya perubahan pendekatan guru kepada siswa siswa mulai lebih disiplin atas kesadaran sendiri. Dimana terdapat usaha dan campur tanagn dari segala pihak antara lain

Guru

Memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik
Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif

Kepala sekolah

Memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif






Orang Tua

Menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif  yangkonsisten Berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif.

Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita dalam mewujudkan budaya positif ini guru memegang peranan sentral guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan peranan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah selain itu pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab

Jadi disiplin positif adalah yang timbul dari dalam diri hal ini terjadi karena penduduk memahami kebutuhan dasar dari anak-anak sebagai pendidik harus dapat mengambil posisi kontrol yang tepat untuk setiap permasalahan atau kebutuhan anak maka dari itu menumbuhkan budaya positif sangat penting.

Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan itu dibutuhkan niat , tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing sehingga kita bisa menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti salah satunya pembelajaran berdiferensiasi. Melangkah sedikit demi sedikit dan konsisten dilakukan lebih baik daripada berlari namun terus berhenti. Itulah sejatinya SEORANG GURU PENGGERAK.

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASYIKNYA BERLITERASI DAN NUMERASI DENGAN GELIDA ( GERAKAN LITERASI DIGITAL ANGGREK 12 KOBI )

  ASYIKNYA BERLITERASI DAN NUMERASI DENGAN GELIDA  ( GERAKAN LITERASI DIGITAL ANGGREK 12 KOBI )  Pembelajaran merupakan kegiatan utama dari ...