Aksi Nyata Berbagi Budaya Positif
Membumikan
Budaya 5 S ( Senyum ,sapa salam, sopan dan sholawat) di mana Budaya ini akan
peka terhadap Kebersihan Sekolah Disiplin Religius Mewujudkan Sekolah yang
Ramah Asri dan Damai
Latar
belakang budaya positif adalah suatu kebiasaan baik yang tergambar dalam watak
dan karakter setiap individu yang sudah diperoleh seseorang sejak lahir dalam
filosofi Ki Hajar Dewantara budaya positif digambarkan sebagai Watak atau
karakter yang mencerminkan diri murid yang secara kodrat telah dimilikinya
sejak Ia lahir budaya positif ini selanjutnya diangkat sebagai suatu kebiasaan
baik yang berlaku dalam komunitas sekolah yang selanjutnya disepakati sebagai
budaya positif sekolah.
Ki Hajar Dewantara mengungkapkan betapa
pentingnya sekolah dimana sekolah sebagai
tempat tumbuh dan berseminya benih-benih baik, pribadi sekolah merupakan
media tumbuh kembangnya benih baik pribadi unik murid untuk menuju kehidupan
yang bahagia tanpa sekolah tidak akan terjadi pertumbuhan budi pekerti olah
rasa Karsa dan kemampuan mencipta karya menuju hidup yang bahagia pertanyaan
yang harus dilakukan dan diharapkan dari media semai yang kita sebut sekolah
ini semua proses akan terjadi baik apabila media atau sekolah kita diberi iklim, situasi budaya
dan kebiasaan baik agar memungkinkan tumbuh kembang pribadi untuk menuju
Kebahagiaan sejati.
pertama sekolah harus menjamin rasa aman bagi
anggota komunitas secara utuh selain aman sekolah juga menjamin situasi
menyenangkan terbebas dari belenggu ketakutan, ada keramahan, ada kekeluargaan,
kedua rasa nyaman Aman, damai, senang akan memungkinkan tumbuhnya sikap hidup
yang lainnya disiplin , mandiri, inovatif, kolaboratif dan sikap hidup
Pancasila bagi murid dan anggota komunitas lainnya. ketiga sikap tersebut akan
hidup dan diharapkan akan melahirkan suatu proses transformasi ilmu pengetahuan
untuk bekal hidup masa depan terutama untuk murid kita.
Betapa pentingnya rasa aman menyenangkan terbebas dari belenggu ketakutan keramahan kekeluargaan sebagai potensi yang harus dimiliki sekolah karena sifatnya yang harus yang harus dan sangat penting ini harus terus diupayakan untuk melahirkan kondisi yang fleksibel dari zaman ke zaman dan generasi ke generasi salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penumbuhan budaya positif di sekolah Salah satu bentuk asli nyata yang akan dilaksanakan di SDN 12 Sarae Kota Bima secara bersama adalah membumikan budaya 5 S yaitu ( Senyum ,sapa salam, sopan dan sholawat di mana budaya ini akan peka terhadap kebersihan sekolah disiplin religius mewujudkan sekolah yang ramah asri dan damai
Yang melatar belakangi saya mengangakat budaya 5S sebagai
Rancangan Aksi Nyata yaitu
- Perubahan Karakteristik Peserta Didik
Kita yang kian sangat menurun
- Peserta didik tidak lagi membiasakan
dalam membawa salam, mudah untuk marah dan berkelahi sesama temannya
- Peserta didik tidak lagi menghargai Guru
, sesama teman
- kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap perkembangan karakter anak.
2. Semua warga sekolah terbiasa
melaksanakan 5 S ( senyum salam-sapa sopan dan shalawat ) ketika bertemu dengan
teman, guru atau siapa saja baik di sekolah di rumah dan masyarakat
3. Semua warga sekolah terbiasa
melaksanakan solidaritas terhadap sesama yang membutuhkan
4.Semua warga sekolah terbiasa untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekolah
5.Semua warga sekolah terbiasa untuk
selalu disiplin waktu literasi dan berpenampilan selama berada di sekolah dan
masyarakat
Penerapan budaya Positif
Hal - Hal yang penting untuk di pelajari
dalam proses menciptakan budaya positif 5 S
Seperti penerapan budaya Positif 5S (Senyun ,
Sapa, Salam, Sopan dan Sholawat). Murid cenderung menjadikan orang dewasa
sebagai model; jika murid melihat orang dewasa menggunakan kekerasan fisik atau
psikologis, mereka akan belajar bahwa kekerasan dapat diterima sehingga ada
kemungkinan mereka akan menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Begitu juga
jika kita menerapkan budaya 5S yang dimana Kita harus memulainya dari diri kita
sendiri sebagai guru karena memang kita akan menjadi Model yang akan di tiru
tingakah laku kita oleh murid – murid
kita di sekolah Seperti yang saya
contohkan Ketika saya tiba di depan pintu gerbang saya mencontohkan dengan
membawa senyum dan membawa salam, kemudian bersalaman dengna teman dan setelah itu saya menyapa teman atau rekan
sejawat seperti selamat Pagi , Bagaimana
kabarnya dan yang tak kalah pentingnya lagi adalah dimana setiap kali sebelum
memulai pelajaran saya mewajibkan anak – anak didik saya untuk bersholawat
kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, karena tidak bisa di pungkiri selain yang
pertama kita berdoa dan memohon kepda Allah yang kedua yaitu kita bersholawat
kepada Baginda Rasullulah Muhammad Saw
yang mana apa bila kita melakukan kedua hal tersebut insya Allah
semua urusan kita akan di permudahkan seperti urusan kita dalam
mengajarkan dan mendidik anak murid kita
begitu juga sebaliknya untuk anak – anak akan mempermudah mereka dalam menerima
pelajaran yang akan mereka pelajari dan
itulah yang saya contohkan kepada anak – anak saya sehingga mereka setelah
melihat prilaku dari gurunya akhirnya perlahan – demi perlahan merekapun bisa
mengikuti sedikit – demi sedikit.
Paradigma mengaplikasikan budaya positif dengan melalui Pembelajaran yang
menyenangkan, saling menghargai, toleransi, bahagia dan nyaman, diskusi kelas,
refleksi diri, memotivasi instrinsik, menggali kekuatan, keterbukaan, apersepsi
yg menyenangkan, semangat, berfikir positif, berkolaborasi, mendengarkan
pendapat siswa, disiplin, tidak monoton, suasana kelas hidup, menggali potensi
yang maksimal.
Menerapkan
pendekatan disiplin positif dapat membantu sekolah memainkan peran penting
dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi. Murid cenderung
menjadikan orang dewasa sebagai model; jika murid melihat orang dewasa
menggunakan kekerasan fisik atau psikologis, mereka akan belajar bahwa kekerasan
dapat diterima sehingga ada kemungkinan mereka akan menggunakan kekerasan
terhadap orang lain. Sekolah memiliki peran penting dalam membimbing,
memperbaiki, dan mensosialisasikan kepada murid mengenai perilaku yang sesuai.
Agar perubahan berhasil, diperlukan pendekatan terkoordinasi yang melibatkan
semua peran di komunitas sekolah. Sekolah perlu bekerja dengan orangtua untuk
memastikan konsistensi antara rumah dan sekolah, serta membekali mereka dengan
informasi dan alat untuk mempraktekkan disiplin positif di rumah dan lingk
masyarakat
Pada materi Budaya Positif tentu kita dapat memahami dengan baik
Pemenuhan yang dibutuhkan dari materi tentang perubahan paradigma, konsep
disiplin positif dan motivasi, keyakinan kelas, dan pemenuhan kebutuhan dasar,
lima posisi control
Lima Macam Posisi control sbb :
- SEBAGAI PENGHUKUM
- SEBAGAI PEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH
- SEBAGAI TEMAN
- SEBAGAI MONITOR / PEMANTAU
- SEBAGAI MANAGER
Oleh karena itu, siswa
dengan disiplin diri yang kuat akan mampu bertindak dengan penuh rasa tanggung
jawab, memperhatikan nilai-nilai kebaikan, serta bisa mengontrol dirinya
sendiri dalam setiap tindakannya.
Selain dari pada itu restitusi dengan jelas menguraikan bahwa tujuan
restitusi adalah sebagai disiplin positif. Penekanannya bukan pada bagaimana
berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan,
namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang
mereka percayai. Melalui restitusi ketika murid berbuat salah, guru akan
menanggpai dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal
tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan
mendapatkan kembali harga dirinya
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan
karakter yang lebih kuat
Dengan restitusi, siswa
memperoleh kesempatan untuk mengingat kembali keyakinan kelas yang telah
disepakati, mengevaluasi keyakinan kelas manakah yang ia langgar, memperoleh
kesempatan untuk memilih konsekuensi / langkah untuk memperbaiki kesalahan yang
ia lakukan, serta memperoleh penguatan karakter sedemikian hingga ia bisa
kembali kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat untuk setiap permasalahan atau kebutuhan anak maka dari itu menumbuhkan
budaya positif sangatlah penting.
Budaya positif di sekolah membantu mencapai visi sekolah guru penggerak
adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik
aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan lainnya untuk
mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid serta menjadi teladan
dan agen transformasi untuk mewujudkan murid profil pelajar Pancasila
Di SDN 12 Sarae Kota Kami berusaha
semaksimal mungkin untuk menjadi agen perubahan alam mendukung terwujudnya
merdeka belajar yang muaranya tentu saja untuk menciptakan murid yang berprofil
pelajar Pancasila yaitu:
1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
2) mandiri,
3) bergotong-royong,
4) berkebinekaan global,
5) bernalar kritis, dan 6) kreatif
HASIL AKSI NYATA
Hasil
aksi nyata aksi nyata yang berhasil diamati relatif singkat kurang lebih 4
minggu menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan namun ada beberapa
catatan yang berhasil diamati adalah tanggapan dari warga sekolah khususnya
guru sangat antusias dan ingin melaksanakan perubahan dengan memperkuat budaya
positif yang sudah disepakati dan siap melaksanakan.
Adanya
komunikasi antara beberapa guru berupa saling mengingatkan jika ada guru yang
lupa melaksanakan kesepakatan tersebut beberapa wali kelas dan guru mata
pelajaran sebelum memulai kegiatan selalu mengingatkan kepada siswa tentang
budaya positif yang sudah disepakati antusias juga terlihat pada beberapa siswa
dengan melihat perubahan pendekatan beberapa guru kepada mereka inilah beberapa
hal yang berhasil diamati dalam kurun waktu dua minggu.
Pembelajaran yang didapat
keberhasilan yang berhasil diamati selama lebih kurang 4 minggu antusias guru untuk terlibat aktif dalam
komunitas praktisi guru penggerak sangat nampak Hal ini terlihat pada saat
diskusi kelompok beberapa wali kelas dan guru mata pelajaran mulai melaksanakan
kesepakatan tersebut adanya perubahan pendekatan guru kepada siswa siswa mulai
lebih disiplin atas kesadaran sendiri. Dimana terdapat usaha dan campur tanagn
dari segala pihak antara lain
Guru
Memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan
menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik
Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif
Kepala sekolah
Memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif
Orang Tua
Menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif yangkonsisten Berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif.
Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita dalam mewujudkan budaya positif ini guru memegang peranan sentral guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan peranan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah selain itu pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab
Jadi disiplin positif
adalah yang timbul dari dalam diri hal ini terjadi karena penduduk memahami
kebutuhan dasar dari anak-anak sebagai pendidik harus dapat mengambil posisi
kontrol yang tepat untuk setiap permasalahan atau kebutuhan anak maka dari itu
menumbuhkan budaya positif sangat penting.
Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan itu dibutuhkan
niat , tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta
kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah
visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis
sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing sehingga kita bisa
menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti salah satunya
pembelajaran berdiferensiasi. Melangkah sedikit demi sedikit dan konsisten
dilakukan lebih baik daripada berlari namun terus berhenti. Itulah sejatinya
SEORANG GURU PENGGERAK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar